Pentingnya Evaluasi Diri untuk Kepala Sekolah Berprestasi
INSPIRASI kembali mengadakan Webinar Seri Kepemimpinan Pendidikan bertemakan “Pentingnya Evaluasi Diri untuk Kepala Sekolah Berprestasi” melalui aplikasi Zoom, Kamis lalu (22/4). Webinar ini dihadiri oleh Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang, Bambang Budi Wiyono sebagai pembicara, serta Fetty Poerwita Sary selaku perwakilan dari Perkumpulan Profesi Administrasi dan Manajer Pendidikan Indonesia (Promapi), serta Yuli Cahyono dari Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah (LPPKSPS) sebagai penanggap.
Webinar ini fokus pada pemaparan Bambang mengenai artikel ilmiahnya yang berjudul “The Effect of Self-evaluation on the Principal’s Transformational Leadership, Teachers’ Work Motivation, Teamwork Effectiveness, and School Improvement”. Bambang mengkaji pengaruh evaluasi diri terhadap kepemimpinan transformasional kepala sekolah, motivasi bekerja pada guru, efektifitas kerja tim, dan peningkatan kinerja sekolah dalam artikelnya.
Merujuk pada penelitian Bambang yang dilakukan di 120 sekolah, keberadaan umpan balik dalam evaluasi diri menunjukkan adanya dampak bagi kepemimpinan kepala sekolah. Dengan adanya umpan balik dan evaluasi diri, terjadi perubahan pada variabel-variabel penelitian, yaitu motivasi bekerja pada guru, efektifitas kerja tim, serta pengembangan sekolah.
Hasil signifikan terlihat pada keberadaan umpan balik dalam evaluasi diri. Perubahan positif yang signifikan terlihat pada motivasi kerja guru dan pengembangan sekolah, sedangkan pada efektifitas kerja tim, perubahan tidak terlalu kentara. Namun, dapat disimpulkan bahwa evaluasi diri dengan umpan balik memiliki dampak yang efektif kepada tiga variabel tersebut.
Evaluasi diri merupakan bagian dari usaha pengembangan kompetensi kepemimpinan secara mandiri. Evaluasi diri penting untuk mengukur pencapaian dan pengembangan diri melalui beberapa instrument. Salah satu instrumennya, yaitu umpan balik atau feedback dari guru atau warga sekolah. Fokus umpan balik untuk kepala sekolah, yakni bagaimana kompetensinya dalam mengelola dan mengembangkan sekolah. Nantinya, umpan balik ini akan dijadikan dasar evaluasi diri kepala sekolah untuk mengembangkan kompetensi kepemimpinannya.
Pentingnya evaluasi diri dalam kepemimpinan kepala sekolah mendapat respon positif oleh Fetty. Menurutnya, evaluasi diri merupakan langkah pertama yang paling penting dalam perencanaan jati diri kepala sekolah. Dengan evaluasi diri, kepala sekolah dapat mengukur dan mengembangkan kemampuannya sesuai dengan kebutuhan.
Fetty mengungkapkan, cara yang ditempuh kepala sekolah mengevaluasi diri dapat beragam. Fetty menambahkan bahwa salah satu faktor pembentuk perilaku kepemimpinan transformasional adalah kebiasaan evaluasi diri. Kemampuan berrefleksi menjadi kunci untuk menjadi pemimpin transformasional.
Yuli juga mengakui pentingnya evaluasi diri saat menanggapi pemaparan Bambang. Bagi Yuli, sangat disayangkan jika kepala sekolah tidak dapat membarengi pelatihan-pelatihan LPPKSPS yang didapat dengan evaluasi diri. Maka dari itu, Yuli mengajak agar kepala sekolah terus meningkatkan pengembangan kompetensi kepemimpinan secara mandiri di samping mengikuti instrument-instrumen pelatihan yang disediakan oleh LPPKSPS.
Bambang juga menjabarkan, ada banyak gaya kepemimpinan yang dapat dipraktikkan oleh setiap pemimpin sekolah. Khusus untuk penelitian ini, Bambang fokus pada kepemimpinan transformasional atau Transformational Leadership. Pemimpin yang transformasional cenderung memiliki semangat juang yang tinggi, loyalitas tinggi, dan visioner dalam menggerakkan pengikutnya untuk tujuan bersama. Gaya kepemimpinan seperti inilah yang berusaha sedang diterapkan di sekolah-sekolah di Indonesia.
Ada empat dimensi yang membangun gaya kepemimpinan transformasional, yaitu idealized influence, inspirational motivation, intellectual stimulation, dan individualized consideration. Idealized influence berarti pemimpin dapat menjadi panutan bagi pengikutnya. Selain menjadi panutan, pemimpin juga harus dapat memotivasi pengikutnya untuk maju sesuai visi organisasi sebagai bentuk dimensi inspirational motivation. Tidak hanya itu, mengacu pada dimensi intellectual stimulation, pemimpin harus dapat memberikan rangsangan untuk melakukan pembaharuan dalam organisasi. Kemudian menurut dimensi individualized consideration, pemimpin harus memberi perhatian kepada tiap anggota sesuai dengan kemampuannya.
Untuk membangun dimensi-dimensi tersebut, tidak dapat dikerjakan secara instan. Sebagai pemimpin, kepala sekolah diharapkan memiliki kompetensi dasar sebagai pemimpin yang dapat ditingkatkan. Untuk meningkatkannya, dapat melalui sertifikasi, komunitas praktisi, seminar-seminar, atau melakukan evaluasi diri.
Klik di sini untuk mengunduh artikel/paper selengkapnya dan unduh slide presentasi di sini.
Penulis: Tania Yasmine
Editor: Masdar Fahmi