SERI WEBINAR #1 INSPIRASI BERCERITA “KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DI MASA KRISIS COVID-19: TANTANGAN, KEBIJAKAN, DAN PELUANG”
Pandemi Covid-19 memaksa Indonesia menerapkan PJJ atau Pembelajaran Jarak Jauh yang sudah berlangsung kurang lebih selama 3 bulan. Kemendikbud telah mengeluarkan Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran tahun ajaran baru 2020/2021 terkait wabah yang sedang melanda. Hanya daerah dengan Zona Hijau yang diijinkan melakukan pembelajaran tatap muka, itupun dengan prosedur kesehatan yang ketat serta harus menjalani masa transisi dan kebiasaan baru.
Menghadapi ‘masa sulit’ seperti ini, tiap sekolah membutuhkan pemimpin yang adaptif. Peran kepemimpinan kepala sekolah tentu sangatlah penting sebagai ujung tombak pelaksana pendidikan pada struktur paling dasar. Merekalah yang memastikan pembelajaran tetap berjalan efektif meskipun harus dilakukan di rumah saja.
Merespon situasi tersebut, pada April lalu, INSPIRASI Foundation menggelar webinar bertajuk “Kepemimpinan Kepala Sekolah di Masa Krisis Covid-19: Tantangan, Kebijakan, dan Peluang”. Beberapa pakar yang menjadi narasumber yaitu Prof. Dr. Hj. Aan Komariah (Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia), Dra. Santi Ambarukmi, M.Ed (Direktur Tenaga Kependidikan Ditjen GTK), Dr. Asep Tapip Yani., M.Pd (Ketua Asosiasi Kepala Sekolah Indonesia), Obert Hoseanto., S.Si, S.Kom, M.Pd (Learning Solution Specialist, Microsoft), serta discusant oleh Ahmad Yuniarto (Founder and Chairman Biru Peduli Foundation).
Pemaparan Santi Ambarukmi membuka jalannya diskusi. Beliau berbicara dari sisi regulasi dan kebijakan. Menurutnya, Kemendikbud cukup fleksibel menghadapi pandemi namun masih dalam koridor yang tepat. Tantangan ini justru dapat mengubah kebiasaan baru yang positif. Misalnya, sebelum pandemi kita tidak terbiasa menggunakan video conference untuk pembelajaran, namun sekarang kita dipaksa harus menyesuaikan diri dan menggunakannya. Hal baik ini adalah sebuah langkah beradaptasi terhadap kondisi melalui teknologi digital.
Santi juga menambahkan, penyesuaian kebijakan dan aturan juga telah disosialisasikan ke stakeholders pendidikan. Diantaranya mengenai bagaimana melaksanakan pembelajaran, bagaimana menentukan kelulusan, dan bagaimana menentukan kenaikan kelas di masa pandemi. Mengacu pada kebijakan merdeka belajar, Santi menyemangati bahwa saat ini merupakan waktu yang tepat untuk menciptakan dan meningkatkan inovasi pembelajaran.
Berbicara mengenai adaptasi terhadap teknologi digital, Obert Hoseanto menyampaikan materi tentang memimpin sekolah secara digital. Menurutnya, transformasi digital merupakan tanggungjawab bersama. Dia juga menambahkan, untuk melakukan transformasi digital harus diimbangi dengan pengembangan diri sumber daya manusia.
Obert merumuskan Education Transformation Framework yang terdiri atas 4 pilar, yaitu kebijakan dan kepemimpinan, pembelajaran yang modern, lingkungan yang cerdas, serta blueprint teknologi yang tepat. Untuk menjalankan transformasi digital, tidak harus melakukan semua pilar tersebut, namun dapat memilih salah satu pilar saja.
Contoh, Sekolah Insan Cendekia Madani memilih menggunakan pilar pembelajaran yang modern. Mereka fokus pada profesional development pengajar/school leaders. Langkah-langkah yang dijalankan adalah memilih teknologi yang akan dipakai, membentuk tim kecil di sekolah seperti master trainer yang bertugas mengajarkan kepada semua guru di sekolah terkait pembelajaran, serta mengaplikasikannya dalam pembelajaran. Beragam sumber ini dapat menjadi pilihannya.
Selanjutnya, cerita tentang bagaimana pemimpin sekolah survive menghadapi kondisi pandemi ini disampaikan oleh Asep Tapip. Setidaknya, 2 hal yang paling menantang, yaitu pencegahan penyebaran Covid-19 dan pelaksanaan program sekolah. Dia mengatakan bahwa menjaga jarak dan belajar dari rumah harus benar-benar diterapkan. Selain itu, kepala sekolah bertanggungjawab memastikan bahwa sosialisasi langkah pencegahan pandemi tersampaikan dengan baik, sehingga sarana kebersihan dapat disediakan untuk mendukung pembelajaran dari rumah berjalan efektif.
Asep menambahkan, guru juga dapat memilih model dan cara pembelajaran yang sesuai kondisi dan kebutuhan. Intinya, kegiatan belajar berlangsung menyenangkan meski harus berlangsung dari rumah dengan memanfaatkan teknologi atau apa yang ada di sekitar kita.
Menjawab bahasan tentang tantangan-tantangan kepala sekolah di masa pandemi, Aan Komariah menjelaskan konsep tentang kepemimpinan autentik, yaitu pemimpin yang mampu mengubah kehidupan orang-orang di sekitarnya, mendorong untuk pembelajaran inovatif dan kolaboratif, memiliki rasa tanggung jawab, dan mengikuti perubahan dengan sangat cepat. Dalam kondisi pandemi ini, kepemimpinan autentik sangat dibutuhkan untuk beradaptasi terhadap perubahan-perubahan yang sedang terjadi.
Setelah sesi paparan selesai, INSPIRASI mengundang Ahmad Yuniarto untuk memberi tanggapan. Menurutnya, pada masa pandemi ini, tugas pemimpin sebenarnya adalah mengelola ketidakjelasan dan tetap menggerakkan tindakan-tindakan yang sesuai. Kemudian, langkah selanjutnya adalah menggerakkan orang-orang untuk melaksanakan tindakan-tindakan yang sesuai tersebut. Itulah yang disebut the real leader!
Penulis: Nur Cahaya
Editor : Masdar Fahmi